Krisis
Ukraina yang melahirkan ketegangan di Semenanjung Crimea menuai reaksi keras
negara-negara Eropa. Hal itu terjadi karena Kremlin semakin kuat menancapkan
cengkeraman militernya di wilayah Ukraina yang sebagian besar penduduknya
berasal dari Rusia tersebut. Inggris pun melayangkan protes serius.
Krisis
politik Ukraina memicu kemungkinan terjadinya era Perang Dingin baru di Eropa.
Apalagi Polandia, Republik Ceko, Hungaria, dan Slovakia membandingkan aksi
Rusia di Ukraina sama dengan invasi Uni Soviet di negara-negara Eropa Timur
pada era 1960-an.
Krisis
politik Ukraina memicu kemungkinan terjadinya era Perang Dingin baru di Eropa.
Apalagi Polandia, Republik Ceko, Hungaria, dan Slovakia membandingkan aksi
Rusia di Ukraina sama dengan invasi Uni Soviet di negara-negara Eropa Timur
pada era 1960-an.
Para
pemimpin Uni Eropa merencanakan pertemuan puncak untuk membahas perkembangan
krisis Ukraina, Kamis (5/3/2014). Topik pembahasan antara lain menyangkut
pembekuan visa bebas Ukraina dan kerja sama ekonomi antara Uni Eropa dan Rusia
jika Moskwa tidak mengambil langkah yang menenangkan krisis di semenanjung
Crimea, Ukraina.
Para
menteri luar negeri dari negara-negara Eropa yang menjadi anggota G8 mengatakan
pula bahwa mereka telah menghentikan persiapan untuk menggelar pertemuan puncak
kelompok negara maju itu di Sochi, Rusia.
Kepala
kebijakan luar negeri Uni Eropa, Catherine Ashton, mengatakan bahwa Uni Eropa
akan menunggu Rusia memperlihatkan iktikad baik sampai Kamis (5/2/2014).
"Syarat" iktikad baik itu termasuk kesediaan Rusia membuka
pembicaraan dan menarik pasukan mereka di Crimea, Ukraina, untuk kembali ke
barak.
"Keinginan
(kami) adalah melihat situasi (di Ukraina) membaik. Jika tidak, haluan harus
diarahkan," kata Ashton setelah pertemuan para menteri luar negeri
negara-negara Uni Eropa, Senin (3/3/2014). Dia pun mengumumkan rencananya untuk
bertemu Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov di Madrid, Spanyol, Selasa
(4/3/2014).
Para
duta besar dari 28 negara anggota NATO juga akan menggelar pertemuan darurat
kedua di Ukraina, Selasa, setelah Polandia meminta adanya forum konsultasi.
Polandia meminta hal itu setelah melihat masalah Ukraina juga terkait dengan
integritas wilayah, kemerdekaan politik, ataupun ancaman keamanan bagi mereka.
Dari
pertemuan para menteri luar negeri Uni Eropa, hal yang harus segera diwujudkan
adalah diplomasi dan dorongan terhadap adanya dialog antara Rusia dan
kepemimpinan baru Ukraina.
Sebelum
krisis Ukraina meletup, Uni Eropa merupakan mitra dagang terbesar Rusia.
Sebaliknya, Rusia merupakan mitra dagang ketiga bagi Uni Eropa. Sebagian besar
transaksi itu terkait bahan baku, seperti minyak dan gas.
Menteri
Luar Negeri Belanda Frans Timmermans mengatakan, sanksi ekonomi untuk Rusia
akan merugikan, baik bagi Rusia maupun Uni Eropa. "Konsekuensi tersebut
akan berakibat buruk bagi semua pihak. Namun, (dampak) untuk Rusia akan lebih
buruk dibandingkan bagi Uni Eropa. Kami dapat menargetkan pasar lain jika memang
harus, (sementara Rusia) akan mengalami kesulitan untuk bisa cepat mendapatkan
konsumen lain".
Sumber :
http://www.jpnn.com/read/2014/03/05/220040/Ukraina,-Krisis-Terbesar-Eropa-di-Abad-XXI-
http://jateng.tribunnews.com/2014/03/11/krisis-ukraina-bisa-picu-perang-dingin-baru-akibat-ulah-rusia
http://internasional.kompas.com/read/2014/03/04/0404341/Uni.Eropa.Menimbang-nimbang.Langkah.Menyikapi.Intervensi.Rusia.di.Ukraina
Krisis Politik Ukraina